Sabtu, 09 Mei 2015

Proaktif - Kita Hanya Bisa Mengendalikan Satu Hal

Sebagai makhluk ciptaan Tuhan, kita tidak mungkin mampu mengendalikan segalanya. Satu hal saja terkadang sulit untuk dikendalikan. Faktanya, kita tidak mungkin mengendalikan segala yang terjadi pada kita. Kita tidak mungkin mengendalikan warna kulit kita, siapa yang akan masuk final NBA, di mana kita lahir, siapa orang tua kita, berapa biaya kuliah semester berikutnya, atau bagaimana orang-orang memperlakukan kita. 

Tetapi, ada satu hal yang bisa kita kendalikan: bagaimana reaksi kita terhadap apa yang terjadi pada kita. Dan justru itulah yang terpenting. Itulah sebabnya kita perlu berhenti mengkhawatirkan hal-hal yang tidak bisa kita kendalikan dan mulai berusaha mengendalikan hal-hal yang bisa kita kendalikan.

Bayangkan dua lingkaran. Lingkaran yang berada di dalam adalah lingkaran pengaruh kita. Lingkaran ini mencakup semua yang bisa kita kendalikan, seperti diri sendiri, sikap kita, pilihan kita, respons kita terhadap apapun yang terjadi pada kita. 

Lingkaran yang berada di luar adalah lingkaran di luar pengaruh. Lingkaran ini mencakup ribuan hal yang tidak bisa kita apa-apakan. Diantaranya yaitu: Warna kulit, cuaca, kesalahan dimasa lalu, biaya kuliah, komentar kasar, tempat kelahiran, dsb.

Misalnya, jika adikmu selalu merongrong dan kamu selalu mengeluh tentang kelemahannya (sesuatu yang tidak bisa kamu kendalikan), itu takkan ada gunanya kan. Itu hanya akan membuat kamu menyalahkan adikmu dan kehilangan kuasamu sendiri. 

Orang yang proaktif tidak fokus pada hal atau sesuatu yang tidak dapat ia kendalikan. Ia akan fokus dan memberi perhatian ke arah yang lain, ke hal yang mampu ia kendalikan.

Misalnya, teman saya yang bernama Fikri. Seminggu sebelum pertandingan futsalnya dimulai, Kakak dari pemain lawannya mengolok kemampuan Fikri bermain futsal. Fikri bukannya mengabaikan komentar itu, ia jadi marah-marah. Ketika tiba hari untuk bertanding, satu-satunya sasaran Fikri adalah membuktikan kepada kakak dari lawannya bahwa ia adalah pemain yang baik. Singkat cerita, permainan Fikri pada hari itu ternyata payah, ia lebih banyak duduk di kursinya, dan timnya kalah. Ia begitu terfokus pada sesuatu yang tidak mampu ia kendalikan (apa kata oranglain tentang dirinya) sehingga kehilangan kendali atas dirinya sendiri. 

Nah, jika Fikri adalah orang yang proaktif, ia akan memfokuskan perhatiannya di tempat lain, yaitu pada hal-hal yang bisa ia kendalikan. Dengan demikian, ia akan mengalami kedamaian batin dan lebih dapat mengendalikan hidupnya. 

Orang yang proaktif belajar tersenyum dan hidup bersama banyak hal yang tidak bisa mereka apa-apakan. Mungkin mereka tidak menyukai hal-hal tersebut, tetapi mereka tahu tidak ada gunanya dipikirkan. 

Nah, teman-teman semuanya.... !! Mulai sekarang marilah melatih kebiasaan kita untuk lebih proaktif lagi. Karena, semuanya kembali lagi ke diri teman-teman sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar